DSA Bone ‘Sulap’ Semak Jadi Dolar

DSA Bone 'Sulap' Semak Jadi Dolar
Syamsuriadi memperlihatkan tanaman nilam kepada Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman.

Syamsuriadi bangkit dari tempat duduknya. Dia bergegas merapikan topi dan rompi Satu Indonesia yang dikenakannya. Tangannya dengan sigap menyambut Gubernur Sulsel, A Sudirman Sulaiman yang mendekati stan Desa Sejahtera Astra (DSA) Bone dan Bombana.

Laporan: Muh Akbar

Bacaan Lainnya

Stan ini menarik perhatian gubernur. Sebab DSA inilah yang mencatatkan nilai ekspor terbesar pada momen Festival Kewirausahaan Astra 2022 yang digelar di Sulsel pada Jumat, 12 Agustus 2022 lalu.

Mata gubernur tertuju ke meja stan itu. Ada dua galon berisi minyak berwarna cokelat bening di situ. Ada juga jeriken serta ranting nilam kering dan daun nilam hijau.

“Ini apa ya. Asalnya dari mana?,” tanya gubernur langsung ke Syamsuariadi, Koordinator DSA Bone.

“Ini nilam Pak Gub. Bisa diolah menjadi minyak untuk bahan baku parfum,” jawabnya singkat.

“Ini ditanam di Bone Pak,” tambah Syamsuriadi mencoba mengakrabkan diri dengan gubernur yang kelahiran Kabupaten Bone ini.

“Oh ya… Dari Bone ya,” kata gubernur sambil mengamati secara detil onggokan nilam di atas meja.

“Ini banyak di belakang rumah saya ini. Tumbuh liar ini dekat rumah,” kata gubernur kepada Syamsuriadi.

“Oh iya… Pak. Memang ini ada juga jenisnya yang tumbuh liar. Tapi kalau yang ini dikembangkan dan ditanam khusus untuk diekstrak minyaknya,” ujarnya.

“Begitu ya,” respon gubernur. “Apakah ada perbedaannya,” tanyanya lagi.

“Iya pak. Beda sekali dari kualitas dan kuantitas minyak yang diproduksi. Kalau yang dibudidayakan dan dikembangkan oleh petani memang jenis nilam yang memiliki kadar minyak tinggi dan PH tinggi sesuai standar ekspor,” jawab Syamsuriadi.

DSA Bone 'Sulap' Semak Jadi Dolar

Katanya, treatmen yang dilakukan petani juga menentukan hasil produksinya. “Memang perlu juga perawatan supaya hasilnya maksimal,” katanya.

Nilam memang merupakan tanaman jenis semak yang dikenal dengan sebutan patchouli. Daun dan rantingnya dapat disuling hingga menghasilkan minyak yang disebut patchouli oil atau minyak nilam.

Minyak nilam adalah bahan baku yang  digunakan sebagai salah satu bahan campuran kosmetik, farmasi, dan aroma terapi. Minyaknya berfungsi sebagai zat pengikat/fixative agent.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian RI, Indonesia merupakan negara produsen utama minyak nilam dunia, menguasai berkisar 95% pasar dunia. Rata-rata volume ekspor minyak nilam mencapai 1.200-1.500 ton/tahun, dan diekspor ke beberapa negara di antaranya Singapura, Amerika Serikat, Spanyol, Perancis, Switzerland, Inggris, India, Pakistan, dan negara lainnya.

Minyak nilam merupakan komoditas ekspor yang memiliki nilai jual tinggi. Harga per kilogramnya berkisar Rp500 ribu hingga Rp650 ribuan.

Namun sayangnya, masih sedikit petani yang membudidayakan tanaman ini. Penyebabnya banyak faktor, salah satunya karena pengetahuan tentang budi daya yang masih minim.

Di sinilah peran Syamsuriadi. Dia menjadi mentor yang mendampingi masyarakat untuk melakukan budi daya Nilam. Dia tak hanya membimbing petani cara menanam, merawat hingga memanen Nilam, tetapi juga membantu para petani memberi nilai tambah dari komoditas ini.

Selama ini hasil panen Nilam dihargai sangat murah oleh para tengkulak, hanya berkisar Rp3.000 per kilogram. Hal itu karena petani masih menjual produknya dalam bentuk bahan baku. Sehingga petani tidak merasakan keuntungan langsung dari budi daya tanaman ini.

Dengan menjual dalam bentuk bahan baku, pendapatan petani hanya mencapai Rp1 juta hingga Rp1,5 juta per bulan.

“Berkat binaan Astra, masyarakat bisa merasakan langsung keuntungannya. Jika selama ini hanya menjual bahan baku, maka dengan DSA kita bisa menjual dalam bentuk minyak,” kata Syamsuriadi yang juga staf IAIN Bone ini.

Masyarakat perlahan mulai merasakan peningkatan pendapatan secara bertahap. Petani mulai memahami bagaimana merawat tanaman nilam tanpa menggunakan pupuk kimia agar hasil panen bagus.

Di samping itu juga mereka mendapat pelatihan serta peralatan penyulingan Nilam. Sehingga hasil panen yang sudah dikeringkan bisa langsung diolah menjadi minyak.

Setelah diolah, harga jual komoditas meningkat drastis, berkisar Rp400 ribu hingga Rp600 ribu per kilogram. Rata-rata pendapatan petani pun meningkat menjadi Rp3 juta per bulan.

Tapi tidak sampai di situ saja. Dibentuk pula Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang menjadi wadah untuk mendistribusikan komoditas ini ke pasar. Sehingga para petani tak lagi bergantung pada para tengkulak.

DSA Bone 'Sulap' Semak Jadi Dolar
Kondisi desa binaan astra sebelum dan setelah mendapat pembinaan.

Ekspor Minyak Nilam Rp4,7 Miliar

Keberhasilan DSA Bone dan Bombana itu tergambar pada saat Astra melepas ekspor perdana produk DSA pada Festival Kewirausahaan Astra 2022.

DSA Bone dan Bombana berhasil mencatatkan nilai ekspor terbesar, yaitu Rp4,7 miliar. DSA ini mengirim 12 ton minyak nilam dengan tujuan pasar India dan Pakistan.

Selain itu juga terdapat DSA Wakatobi yang mengekspor 27 ton rumput laut senilai Rp450 juta dengan tujuan negara Cina dan produk perikanan sebanyak 14 ton senilai Rp1,4 miliar untuk dikirim ke Amerika.

“Melalui ekspor produk DSA ini, Astra berharap bahwa semangat untuk mengembangkan produk unggulan berdasarkan potensi lokal dapat terus dikembangkan dan bersinergi dengan segenap stakeholders terkait,” ujar Riza Deliansyah, Chief of Corporate Affairs Astra pada ekspor perdana itu.

Menurutnya, sepanjang 65 tahun berkembang bersama masyarakat Indonesia, Astra menyadari, kegiatan berbasis kewirausahaan seperti Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), start-up, dan usaha pengembangan produk lokal memiliki peran penting dalam menjamin ketangguhan ekonomi Indonesia.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Selatan Muhammad Ilyas mengapresiasi upaya Astra dalam membangun sinergi program pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui program DSA.

“Kami sangat mengapresiasi Astra yang telah membantu satu kegiatan terobosan yang inovatif terutama dalam mendorong desa-desa di pesisir untuk meningkatkan nilai tambah dari segi kualitas produk perikanan sehingga bisa memiliki nilai ekspor,” ujar Muhammad Ilyas.

Hingga saat ini, Astra telah mengembangkan 930 DSA yang tersebar di 34 Provinsi dengan fokus program pada peningkatan ekonomi masyarakat dan pengembangan kapasitas produk unggulan desa melalui empat cluster produk, yaitu cluster perikanan, cluster pertanian, cluster kopi, serta cluster gugus kriya, wisata, dan budaya.

Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Astra dalam menjalankan program DSA meliputi pelatihan dan pendampingan, penguatan kelembagaan, bantuan prasarana, memfasilitasi modal usaha, dukungan pemasaran, hingga pembentukan role model DSA mandiri sebagai tolak ukur regional atau nasional.

Melalui program DSA, Astra telah mendukung terciptanya kebermanfaatan di masyarakat seperti pembukaan lapangan kerja baru bagi 19.190 orang, peningkatan pendapatan rata-rata sebesar 88%, serta mendukung terciptanya eskpor 94 jenis produk unggulan dari 232 desa dengan total nilai transaksi sebesar Rp22,57 miliar sejak akhir tahun 2019 hingga Juli 2022.

Adapun negara-negara tujuan ekspor produk unggulan DSA diantaranya Amerika Serikat, Jerman, Belanda, Prancis, Inggris, Australia, India, Pakistan, Uni Emirat Arab, Yordania, Yaman, Jepang, Cina, dan Malaysia. (*)

Pos terkait