Peran Aktif Upaya Penurunan Stunting

DWP Kemenag Sulsel Berikan Bantuam Berkala

DWP Kemenag Sulsel Berikan Bantuam Berkala

Makassar, Upeks– Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kantor Wilayah Kementerian Agama Prov. Sulawesi Selatan turut berperan aktif dalam upaya penuruan angka stunting di Indonesia, sebagaimana imbauan Penasehat DWP Kemenag RI Eny Retno Yaqut demi mewujudkan cita-cita Indonesia Layak Anak (IDOLA) 2030 dan Indonesia Emas 2045.

Bukti keterlibatan dari organisasi istri Aparatur Silpil Negara (ASN) lingkup Kanwil Kemenag Sulsel ini ditunjukkan melalui pemberian bantuan sembako, berupa telur, susu, gula, biskuit, minyak goreng dan indomie pada keluarga balita penderita stunting di Kecamatan Mariso Kota Makassar, Rabu 16 Agustus 2024.

Bacaan Lainnya
 

Kegiatan ini dilaksanakan DWP Kanwil Kemenag Sulsel secara berkala di Kecamatan Mariso sambil memantau perkembangan 8 balita yang terdampak stunting di kecamatan tersebut.

Ketua DWP Kanwil Kemenag Sulsel, Ny. Nurlina Tonang yang turut serta dalam kunjungan di salah satu posyandu di Kecamatan Mariso bersama sejumlah pengurus dan anggota, mengatakan status gizi buruk pada ibu hamil dan bayi merupakan faktor utama yang menyebabkan anak balita mengalami stunting.

“Oleh karena itu, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencegahan stunting adalah perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, perbaikan sanitasi dan akses air bersih, serta penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),” ucapnya.

Ditambahkan Nurlina, bahwa Pemerintah memasukkan program penurunan angka stunting ini sebagai salah satu program prioritas oleh karena dampak dari stunting terhadap balita dapat berkepanjangan, dan dapat mengancam kualitas masa depan anak.

“Stunting ini harus segera dicegah dan ditangani mengingat dampaknya yang berkepanjangan. Tentu diperlukan intervensi berkelanjutan dalam pencegahan dan penurunannya. Inilah yang mendasari sehingga DWP Kanwil Kemenag Sulsel menjadikan pencegahan stunting sebagai salah satu program kerja,” ungkapnya.

Penyebab stunting pada anak, lanjut Nurlina sangatlah kompleks dan berlapis, namun secara umum penyebab utamanya akibat kurangnya asupan gizi pada ibu dan anak, serta penyakit.

“Faktor sosiokultural dan ekonomi turut berkontribusi terhadap terjadinya stunting, disamping pernikahan dini, kemiskinan, dan kekerasan berbasis gender (KBG), serta ketimpangan gender dalam mengakses pendidikan dan layanan kesehatan, serta sumber daya lainnya terhadap perempuan menjadi bagian yang memengaruhi resiko stunting,” pungkasnya. (rls)