Makassar, Upeks–Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Makassar bekerjasama dengan lembaga-lembaga adat dan pemerhati budaya di Sulsel menggelar ritual pencucian benda pusaka di Pantai Losari, Jumat (26/5/2023).
Kegiatan Gebyar Kebudayaan yang dikemas dengan kegiatan tradisi pencucian benda pusaka itu merupakan tradisi pencucucian benda-benda pusaka yang melekat pada badan para pemerhati benda pusaka yang dilakukan setiap tahun.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan Makassar, Andi Herfida Attas mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk tetap mempertahankan tradisi dan kebudayaan di Kota Makassar.
“Kegiatan ini merupakan sebuah ritual yang dilakukan untuk menjaga dan melestarikan benda pusaka agar tak hancur dimakan usia,” katanya saat membuka Gebyar Budaya 2023, Ritual A’Rapungang Annossoro Dinas Kebudayaan Kota Makassar dilakukan di anjungan Pantai Losari Makasar (City Of Makassar), Jumat (26/5/2023).
Ritual ini sebenarnya sudah dilakukan sejak zaman dahulu kala. Kegiatan yang dilaksanakan secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Tujuan pelaksanaan kegiatan itu antara lain untuk melestarikan budaya yang menjadi identitas masyarakat.
“Kegiatan ini juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga aset kebudayaan daerah,” ujarnya.
Lebih lanjut Herfida mengatakan, peserta kegiatan ini terdiri dari berbagai unsur masyarakat, pemerintah, pemerhati budaya serta lembaga-lembaga adat nusantara.
Sementara, Walikota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto dalam sambutannya yang dibacakan Drs Andi Irwan Bangsawan MSi selaku Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik Kota Makassar mengatakan, kebudayaan di tengah peradaban kota terus mengalami pergeseran dan hampir punah, sehingga peran serta Pemerintah Kota Makassar untuk memperkuat ketahanan budaya.
Begitu banyak tradisi dan permainan rakyat yang sudah mulai dilupakan dan tak lagi dipraktikkan. Padahal sebagai masyarakat yang merupakan bagian dari kebudayaan itu sendiri harus bisa mengenal dan mengetahui kebudayaannya.
Pemkot Makassar telah melakukan berbagai program strategis untuk mempertahankan kebudayaan daerah, diantaranya dengan mencanangkan hari kebudayaan setiap 1 April.
Makassar merupakan kota pertama di Indonesia yang mencanangkan hari kebudayaan itu. hal ini menjadi rujukan nasional dalam menetapkan hari kebudayaan.
Sementara itu Raja Gowa, YM Andi Kumala Ijo Karaeng Lembang Parang mengatakan sangat mengapresiasi kegiatan ini dan berharap agar tetap dilestarikan.
Selain itu dia juga meminta agar dibentuk dewan budaya setingkat Provinsi sulsel untuk menjaga warisan budaya leluhur.
Sementara itu Kepala Bidang Sarana Dan Prasarana Budaya A. Muhammad Natsir Halid selaku pelaksana kegiatan ini mengatakan bahwa Ritual Budaya A’Rappungang Annossoro merupakan kegiatan yang dilaksanakan bekerjasama dengan Lembaga Pemerhati Pusaka, Adat dan Seni Budaya yang dikemas dalam acara Gebyar Budaya
“Ini adalah hanya untuk memperlihatkan kepada masyarakat bahwa inilah yang namanya pusaka, ketika pusaka itu dikeluarkan dari sarungnya dilangsung dikeluarkan ada ritual-ritual musti dilakukan seperti itu, ini juga adalah kebiasaan leluruh kita, bahwa ketika dia mengeluarkan atau menurunkan pusakanya dia harus melakukan ritual,” sebutnya.
Dia menyebutkan makna sendiri dari pencucian benda pusaka pribadi tersebut adalah makna benda pusaka tersebut menyatu dengan tubuh pemake.
“Maknanya sendiri Bahwasanya pusaka dengan diri kita itu selalu menyatu, apa yang ada dibesi itu harus sepaham dengan jiwa kita,” kata dia.
Dalam pencucian benda pusaka tersebut Undangan yang hadir selain walikota yang diwakili dan kepala dinas kebudayaan. Tampak hadir antara lain Raja Gowa, pemangku Adat Kerajaan Bone, Addatunng Sidenreng, Addatuang Sawitto, Ketua Wija Lapatau Matanna Tikka, Datu Bandaro Kayo Penghulu Pucuk Nagari Salaya Induk Kubong XIII Padang, Kerajaan Alas Kalimantan, Dewan Kebudayaan Kota Makassar, Lembaga adat Tinggi Kerajaan Tallo, 92 Lembaga Adat, Lembaga Budaya dan Pusaka dan sejumlah tamu undangan lainnya.
“Ada 92 Lembaga yang hadir , baik dari Komunitas dan lain-lain yang sudah berbadan hukum,” terangnya.
Selain dihadiri Lembaga pemerhati benda pusaka, pada acara pencucian benda pusaka itu juga nantinya hadir para kerajaan di Sulsel.
“Para raja yang turut hadir, seperti Raja Gowa, Datuk luwu, pemangku adat kerajaan Bone, kerajaan yang ada di sulsel, Datu Bandaro Kayo Penghulu Pucuk Nagari Salaya Induk Kubong XIII Padang, dan Kerajaan Alas Kalimantan. Kita harap kegiatan ini bisa berjalan dengan sukses,” tutupnya.
Prosesi A’Rapungang Annossoro
Prosesi A’Rapungang Annossoro ini berlangsung sejak pagi hari yang diawali dengan ritual Panai’ Pasa’bi’, Barazanji dan Panaung Je’ne.
Prosesi awal ini digelar sebagai permohonan restu dan doa kepada tuhan yang maha esa agar pelaksanaan A’Rapungang Annossoro dapat terselenggara dengan lancar tanpa kendala.
setelah itu kegiatan dilanjutkan dengan proses seremonial berupa pembukaan kegiatan Gebyar Budaya oleh Walikota Makassar, Kepala Dinas Kebudyaan, dan pemerhatai kebudayaan sekaligus Raja Gowa.
Setelah itu prosesi inti berupa pencucian benda pusaka atau Apparuru Annossoro dilakukan. Sejumlah pemilik benda pusaka yang tergabung dalam berbagai lembaga diundang hadir naik ke atas panggung untuk melakukan pencucian benda pusaka.
Lembaga pemilik benda pusaka itu antara lain: Batari Soji, Sima’ Tana, Pusaka Bumi Lasinrang, LSB Wanua, Parewa Bessi Passompe, dan Lembaga Badik Celebes.
Pada malam harinya digelar Tari Kreasi 4 Etnik, Debus Kiwal garuda hitam dan pagelaran kelong-kelong secara live.
Pada hari kedua, yakni Sabtu (27/5/2023) rangkaian kegiatan dilaksanakan berupa Karnaval Budaya, Lomba Baca Tulis Lontara, Lomba Pakaian Adat Sulsel, Pentas Seni Budaya, serta ditutup dengan penyerahan hadiah serta sovenir kepada pihak pendukung kegiatan. (*)