MAKASSAR, UPEKS.co.id — Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman meminta kepada sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk mengatasi kemiskinan yang terjadi di lima daerah termiskin Sulsel.
Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel per Maret 2022, lima daerah paling miskin di Sulsel adalah Kabupaten Jeneponto dengan persentase 14,28 persen. Disusul Pangkep 14,28 persen, kemudian Luwu Utara dengan persentase 13,59 persen.
Selain itu, Kabupaten Luwu terdapat 12,52 persen dan selanjutnya Enrekang 12,47 persen. “Ini harus menjadi perhatian untuk lima wilayah termiskin di Sulsel. Terutama Jeneponto untuk petani garam dan empang yang tidak pernah ada perubahan, tolong Dinas Pertanian ini diperhatikan,” kata Andi Sudirman di Makassar, Selasa (5/4).
Menurutnya, dinas terkait harus segera dikerahkan untuk menjalankan program yang punya efek langsung terhadap ekonomi masyarakat, sehingga tingkat kemiskinan bisa tertangani di daerah itu. “Daerah dengan tingkat kemiskinan paling parah di Sulsel, perlu dilakukan evaluasi dan intervensi segera oleh OPD terkait,” katanya.
Andi Sudirman mengemukakan bahwa mengatasi kemiskinan perlu melibatkan masyarakat sebagai subjeknya. Yakni harus dilakukan uji publik, konsultasi dengan melibatkan pihak yang telah eksis di sana. “Selain dari akademisi, kita membuat desain harus orang lapangannya juga ikut. Menanyai langsung apa yang menjadi kebutuhan warga di sana,” katanya.
Dia mengatakan, membuat program di daerah itu, seperti mendorong industri garam di Jeneponto, bisa dilakukan-diskusi publik untuk petani garam. Apa yang menjadi kebutuhan mereka,” tambah Andi Sudirman.
Sementara Kepala BPS Sulsel Suntono menyebut sejumlah komoditas yang memberikan pengaruh terbesar terhadap garis kemiskinan (GK) di Sulsel. Yakni beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, ikan bandeng, kue basah, dan mie instan.
Secara umum komoditas yang memberi pengaruh besar terhadap kemiskinan di pedesaan adalah makanan. Sedangkan di perkotaan lebih dipengaruhi oleh non-makanan,” katanya.
Garis kemiskinan terbagi atas dua yakni garis kemiskinan makanan dan non-makanan. Garis kemiskinan makanan menguasai kurang lebih 75 persen dari total garis kemiskinan. “Jadi kalau garis kemiskinannya bergerak naik maka ini berpotensi meningkatkan penduduk miskin,” ujar dia.
Beras, sebutnya, memberi sumbangan terbesar 19,92 persen di perkotaan dan 25,84 persen di pedesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap GK yakni 10,53 persen di perkotaan dan 11,92 persen di pedesaan.Pada periode Maret 2021- September 2021 GK Sulsel naik sebesar 3,21 persen. Yakni dari Rp 372.491 per kapita per bulan Maret 2021 menjadi Rp384,455 per kapita per bulan September 2021.
Bertambah
Peresentase penduduk miskin di Pangkep terus bertambah. Bila tahun sebelumnya angka penduduk miskin di daerah ini hanya 13,96 persen, tahun 2022 ini bertambah menjadi 14,28 persen selevel dengan angka kemiskinan di Jeneponto atau 48 ribu lebih penduduk miskin. Angka ini berbanding paralel dengan tingkat pengangguran terbuka. Tahun ini angka pengangguran di Pangkep meningkat menjadi 5,86 persen atau naik dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencapai 5,18 persen.
Dengan angka ini, menjadi cambuk pemerintah daerah Kabupaten Pangkep dibawah kepemimpinan Yusran Lalogau-Syahban Sammana untuk menekan angka kemiskinan. “Masyarakat berharap dengan jargon Pangkep Hebat, angka penduduk miskin bisa ditekan dengan baik. Ternyata, hasilnya belum terlihat. Semoga 2023 bisa lebih baik dari sekarang,’’ ujar beberapa tokoh masyarakat Pangkep yang ditemui. (*)