MAKASSAR,UPEKS.co.id – Stella Gracia School (SGS) Makassar berdiri sejak tahun 2016 lalu, SGS kembali mengadakan Open House dengan mengusung tema Reconnect, Rejoice, Remember.
Di mana, SGS Makassar menggunakan kurikulum bertaraf internasional perpaduan kurikulum Cambridge dan kurikulum Indonesia. Strategi pembelajaran kooperatif diterapkan di SGS Makassar guna menekankan heterogenitas dan partisipasi aktif murid.
Principal Junior High School & Senior High School of Stella Gracia School Makassar, Andrew Mewengkang mengatakan, acara yang digelar satu kali, dalam satu tahun pelajaran ini masih mengusung misi serupa yakni membuka pintu sekolah untuk menerima keluarga, kerabat dan masyarakat umum.
Kata dia, melalui Open House ini, SGS Makassar memberikan kesempatan kepada masyarakat Makassar secara umum untuk melihat lingkungan belajar dan kegiatan belajar mengajar di SGS Makassar.
“Melalui penyelenggaraan Open House ini, masyarakat diharapkan dapat mengetahui tujuan utama dari pendidikan yang diusung dan dikerjakan oleh SGS Makassar,” ucapnya.
Menurutnya, pengetahuan dan keterampilan adalah penting, namun baru akan memberikan nilai mulia jika murid juga memiliki akar yang kuat dalam karakter. Pengaruh positif dari ilmu dan keterampilan ibarat seperti tunas, daun dan buah dari karakter yang dibentuk dengan kokoh.
Selain kegiatan Open House, SGS Makassar sedang mengekspansi gedung baru. “Kehadiran gedung baru ini, kami optimis dengan menambah fasilitas baru untuk kegiatan ruang belajar juga menunjukkan adanya pertumbuhan yang baik dan akan lebih meningkatkan jumlah siswa yang akan belajar di SGS Makassar,” tambahnya.
Dikatakan, untuk saat ini jumlah siswa dari SGS Makassar berjumlah kurang lebih 640 orang siswa yang terdiri dari tiga jenjang, yakni SD, SMP dan SMA.
“Saat ini, jenjang SMA baru memasuki tahap tahun kedua karena memang baru kami buka. Karena itu, semoga tahun depan dengan gedung baru ini juga dapat kita gunakan,” ujarnya.
“Target dalam pelajaran di sekolah kami adalah 30%-70% interaksi guru-murid, para guru menginstruksikan, menjelaskan dan merangkum dengan proporsi 30% dari waktu pelajaran, sementara 70% sisanya digunakan untuk murid melaksanakan tugas dan berdiskusi dengan teman sekelasnya,” tutupnya. (Mit)