Tongkonan, Rumah Adat Suku Toraja

Tongkonan, Rumah Adat Suku Toraja
Toraja, Upeks.co.id – Rumah Tongkonan berasal dari Toraja.
Rumah Tongkonan adalah rumah adat sebagai tempat tinggal suku Toraja, yang terdiri dari dua kabupaten yaitu Tana Toraja dan Toraja Utara.
Rumah adat Tongkonan kini menjadi simbol rumah adat Provinsi Sulawesi Selatan.
Rumah Tongkonan mampu bertahan hingga 50 tahun lamanya, menjadi simbol martabat keluarga dari masyarakat Toraja sehingga pembangunannya tidak sembarangan.
Kini rumah adat sudah tak banyak digunakan sebagai hunian karena telah membangun rumah biasa. Rumah adat ini kemudian dialih fungsikan menjadi pusat budaya masyarakat Toraja.
Rumah Adat Tongkonan memiliki bentuk rumah panggung persegi panjang dengan atap menyerupai perahu menggunakan buritan, didepan rumah adat Tongkonan berjejer tanduk kerbau, atap rumah adat tradisional ini dihiasi ijuk namun dizaman moderen sekarang ini kebanyakan menggunakan seng.
Tongkonan memiliki tiga jenis tingkatan yaitu:
1) Tongkonan Pekaamberan yaitu rumah tongkonan yang dibangun bagi para keluarga besar dari tokoh masyarakat yang memiliki otoritas tinggi di masyarakat. Tongkonan ini adalah tongkonan strata tertinggi di Toraja, ia memiliki wewenangan untuk mengeluarkan peraturan, mereka adalah puang (raja) di Toraja.
2) Tongkonan Layuk adalah rumah strata kedua di Toraja, mereka adalah parengge (pemimpin suatu wilayah tertentu) di Toraja, mereka adalah para pelaksana tugas urusan-urusan kekuasaan dan pemerintahan.
3) Tongkonan Batua Riri adalah strata ketiga dalam masyarakat Toraja, mereka memiliki kekuasaan dalam menjalankan adat, biasanya rumah ini dibangun oleh masyarakat sebagai tempat hunian kekeluaragaan.
Salah satu tokoh adat, Andarias mengatakan rumah adat tongkonan memiliki fungsi yang sangat mulia, sebagai wadah perkumpulan keluarga Toraja.
“Sebagai tempat berkumpulnya sebuah keluarga, termasuk para perantau yang sudah jarang balik ke kampung halaman,” katanya, Kamis (23/3/2023).
Bagi masyarakat Toraja, sebelum memasuki rumah Tongkonan harus mengadakan sebuah ritual yaitu mangrara banua, sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan. (Tini)