Tipologi Kader Partai Politik Jelang Pemilu 2024

  • Whatsapp
Tipologi Kader Partai Politik Jelang Pemilu 2024

Oleh : Syafaruddin Ahmad

Kemunculan partai politik pendatang baru pada Pemilu 2024 merupakan salah satu dampak Disrupsi. Disrupsi ini mampu memberikan tantangan dan peluang bagi partai politik baru. Tantangan munculnya parpol baru yaitu adanya konflik internal partai dapat mendorong kader kader partai keluar sehingga mendirikan atau berpindah ke partai lain.

Bacaan Lainnya

Tantangan lainnya, disrupsi (perubahan massif) akan membajak peran partai politik jika parpol enggan mengikuti arus disrupsi. Dilihat dari visi dan misi 18 partai peserta pemilu 2024 (Infografis KPU, 2022), 9 merupakan partai parlemen, 5 partai non parlemen dan 4 parpol baru yang similar mengarah pada konsep disrupsi, menjadikan adanya persaingan antar politik baru dalam menguasai suara masyarakat pada pemilu 2024 mendatang.

Partai politik itu adalah wadah berhimpun dalam pikiran, gagasan, perasaan dan semua lini, maka jangan heran karena namanya parpol tentu dalam prosesnya akan muncul berbagai macam benturan dan gesekan didalamnya. Bahkan teolog John Calvin yang dikutip Sabam Sirait dalam bukunya Politik Itu Suci (2013) memposisikan kader adalah politisi yang memiliki posisi yang suci dan sakral namun kadang memancarkan terang dan gelap hingga terpecah peran dan tipologi berbeda.

Tipologi kader yang terbagi tiga dan disitulah terseleksi mana kader _pedati, merpati dan sejati_.

_Kader pedati_ adalah kader yang sejak awal sudah berada di partai, mengaku dirinya kader, bahkan sakit hati jika tidak dianggap kader

Akan tetapi kader tersebut susah sekali untuk diajak terlibat dalam kegiatan kepartaian, kalau tidak di dorong tidak mau, baru ketika yang mendorong sudah berkeringat baru merespon dan itupun kurang fokus dan lambat.

_Kader Merpati_ adalah kader yang memiliki semangat dalam memperjuangkan partai, akan tetapi perjuangannya itu dilakukan karena mengharap sesuatu yang menguntungkan.

Ibarat burung merpati yang baru akan terbang mendekat jika dilempari dengan makanan atau umpan. Sehingga kadar semangat dan kinerjanya juga sangat tergantung dengan jumlah dan jenis umpan yang diberikan menarik, maka ia bergegas datang dan sebaliknya jika umpannya kurang maka Ia sekedarnya saja datang lalu menghilang.

_Kader Sejati_ yakni kader yang lahir batinnya hanya untuk partai. Mereka benar-benar berjuang untuk kemajuan partai dan kemaslahatan masyarakat. Tidak memiliki tendensi apapun dalam berjuang, rela mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran serta hartanya untuk menghidupkan partai.

Orang-orang seperti ini adalah tipe kader tidak kenal pamrih dan memiliki semangat yang luar biasa dalam memenuhi panggilan partai tanpa tergantung situasi dan kondisi.

Dan ingat kader bukan barisan malaikat yang punya standar keimanan yang sama, manusia berputar pada wilayah dinamis demikian pula dalam hal politik. Dan bukan wilayah terlarang ketika kader berpindah partai ataupun berhenti sama sekali untuk berpartai.

Ada beberapa tokoh/negarawan di negeri ini yang mengajarkannya. Namun mereka tetap menjadi idola jutaan manusia di Republik Indonesia. Salah satu di-antaranya Jenderal Purn Wiranto pendiri partai Hanura justru memulai karir politiknya dari Golkar, Letjen Purn TNI Prabowo Subianto dari Golkar kemudian mendirikan Gerindra, Surya Paloh pengusaha media dan politisi Golkar kemudian mendirikan Nasdem, dan politisi Syahrul Yasin Limpo (SYL) dari Golkar ke Nasdem sampai sekarang, dan masih banyak lagi tokoh di negeri ini yang mengabdikan diri dari satu partai ke partai lain.

Namun pada akhirnya eksistensi parpol ketika mampu menghadapi gelombang, riak dan badai politik yang menimpa bahkan di-tinggalkan oleh kadernya sekalipun namun tetap bangkit, jaya, dan menang.

_Syafaruddin Ahmad/Opu Taba Aktivis Reformasi 98 Fisip Unhas, Mantan Ketua Badko HMI Sulawesi/Presidium KAHMI Maros, Ketua OKK Hanura dan Pengurus Projo Sulsel._