Marhaen Hardjo, Ahli Stem Cell Jadi Dekan Fakultas Kedokteran Unibos

Marhaen Hardjo, Ahli Stem Cell Jadi Dekan Fakultas Kedokteran Unibos

 

MAKASSAR, Upeks.co.id — Dr Marhaen Hardjo MBiomed PhD mendapatkan kepercayaan sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa (Unibos) Makassar.

Bacaan Lainnya

Direktur Lembaga Riset Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) ini, diminta langsung founder Unibos, HM Aksa Mahmud, untuk bisa menjadi Dekan Fakultas Kedokteran Unibos.

Setelah itu, pihak Yayasan Pendidikan Bosowa bersama Rektor Unibos menyurat ke Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar untuk meminta izin agar Dokter Marhaen bisa menjadi Dekan Fakultas Kedokteran Unibos ternyata disambut baik.

Jadilah, Ahli Stem Cell (Sel Punca) yang pernah empat tahun sebagai dokter di pusat terapi Hospital Universitas Kebangsaan Malaysia ini, resmi menjadi Dekan Fakultas Kedokteran Unibos.

Perkenalan Marhaen pun sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Unibos yang dilakukan civitas akademi Unibos yang diwakili Wakil Rektor II Unibos Mas’ud Muhammmadiah didampingi Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran Unibos Dr Baedah Majid, Jumat (18/6/2021).

Marhaen yang meraih titel PhD di Okayama Universitas Jepang merupakan  yunior dari Prof Syarifuddin Wahid, Dekan Fakultas Kedokteran UMI, ini merupakan anggota penyusun Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI).

Marhaen sebelumnya menjabat Direktur Rumah Sakit UIT, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UIM, dan saat mahasiswa pernah menjabat Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unhas.

Marhaen menyambut amanah ini, menjadi Dekan Fakultas Kedokteran Unibos, dengan menyiapkan program peningkatan kualitas pendidikan dan lulusan Fakultas Kedokteran Unibos.

“Hal ini sesuai dengan visi misi Fakultas Kedokteran Unibos, yaitu terwujudnya Fakultas Kedokteran Unibos yang unggul, berwawasan industri, berbasis ilmu, dan teknologi kedokteran pada tahun 2023. Dimana tujuan Fakultas Kedokteran Unibos adalah pertama menghasilkan lulusan yang unggul, cerdas, berdaya saing serta menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan etika kedokteran yang diakui di tingkat nasional. Kedua, menghasilkan kerja sama dan institusi dan perusahaan dalam negeri pada pelaksanaan riset dan peningkatan ilmu dan teknologi kedokteran melalui teknologi informasi. Dan ketiga, terwujudnya program pengabdian masyarakat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran untuk menujang peningkatan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan,” ujar Marhaen. (***)