Makasaar,Upeks— Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa membawakan kuliah umum tentang kepemimpinan (Leader Lecture) di hadapan ratusan mahasiswa dan civitas akademika Universitas Hasanuddin (Unhas), di Gedung Rektorat Lantai II, Kampus Unhas, Tamalanrea, Selasa (11/2/20).
Di depan para mahasiswa, mantan Menteri Sosial (Mensos) RI ini, menceritakan pengalamannya di dunia politik dan pemerintahan. Mulai ketika dirinya menjadi pimpinan fraksi dan komisi DPR RI di usia muda, tahun 1992 silam.
Sebelumnya, Khofifah sempat menolak ajakan menjadi anggota legislatif Partai Persatuan Pembangunan (PPP) karena menganggap anggota DPR RI paling lama “dihisab” di hari kemudian, karena tugasnya sebagai wakil rakyat.
“Ketika itu saya merasa masih bau kencur, saya berhadapan dengan banyak jenderal di Fraksi ABRI dan guru besarnya. Tapi kuncinya, sesuai yang diajarkan Gus Dur (Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid): do yourself and do the best,” ungkapnya.
Usai itu, Khofifah kemudian diajak Presiden Gus Dur menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan. Tetapi kala itu, Khofifah meminta Gus Dur mengubah nama jabatan Menteri Peranan Wanita menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan.
Saat menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan, Khofifah membuat beberapa terobosan, seperti lahirnya Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender (gender mainstreaming) dalam pembangunan nasional, serta penerapan gender harmony partnership, yang salah satu bentuknya dengan menghormati sikap perempuan memilih jalan hidup mengurusi keluarga atau berkarir.
Dengan menjadi Gubernur Jatim, Khofifah juga membuat beberapa terobosan di kepemimpinannya, seperti pemberdayaan kelompok usia milenial di Millenial Job Center, penerapan digital marketing lewat pembentukan East Java Super Corridor (EJSC), mendukung gerakan ekonomi santri: satu pesantren-satu produk, serta memberikan tunjangan kehormatan pada 6.000 penghafal Al Quran, serta 11.000 penjaga musalah dan masjid di seluruh Jatim.
“Waktu saya itu gunakan 25 persen untuk belajar, 25 persen istirahat, dan 50 persen ibadah. Selain ibadah salat, mengaji, menghafal ayat, dan berdoa. Itu kunci saya sampai saat ini,” ujarnya.
Berdasarkan pengalamannya itu, Gubernur Khofifah yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (PP Muslimat NU) itu, menekankan kepada para mahasiswa bahwa kolaborasi dan sinergi sangat penting dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 agar dapat berdaya saing.
“Apabila kolaborasi dapat dilakukan, maka bakal menciptakan kekuatan yang kuat. Melalui kekuatan yang kuat itu, kita bisa membangun ekosistem yang kuat pula.
“Saat ini lawan kita sangat kuat, tapi kalau kita bekerjasama. Membangun kolaborasi dan bersinergi, maka kita dapat menghadapinya,” pungkasnya.
Pada kesempatan itu, Gubernur Khofifah dan Rektor Unhas, Prof. Dwi Aries Tina Pulubuhu, menandatangani MoU antara Pemprov Jatim dengan Unhas tentang kerjasama pengembangan sumber daya perikanan dan kelautan serta manajemen bencana bidang kesehatan.(rif)